Selasa, 25 September 2007

Debut Timnas Indonesia 70 Tahun Silam

(Dari Bola Vaganza Juli 2007. Berikut laporan Sin Tit Po, harian Surabaya, pada Senin, 9 Agustus 1937)
PSSI 2-2 Nan Hwa
Referee Wille sore itu lakukan kewajibannya dengan sedikit bingung, tak seperti biasanya. Nan Hwa menang toss dan PSSI tampil menghadap silaunya matahari. Menurut pandangan penonton, PSSI pasti diberondong sebab pandangan kiper Maladi terganggu sinar matahari. Rekan-rekannya juga merasakan yang sama. Apalagi di awal pertandingan, PSSI tampak bingung dan kalah hati, setelah kebanyakan posisinya dikunci lawan.
Setelah itu, di luar dugaan, speelers PSSI memberi perlawanan ulet, mati-matian yang membuat shortpassing dan serangan Lee Wai Tong cs, yang biasanya lihai, sore itu boleh dibilang punah.
Penampilan para pemain Nan Hwa terlihat lesu dan semangat kurang banyak. Kerjasama mereka, meski rapi, terlalu lama dan tak membuat payah musuh. King Cheung main jelek dan sering buang kans lantaran dia koetjel (menguasai) bola terlalu lama.
Dua winger Nan Hwa, Shiu Yick dan Shek Yau, juga kurang berbahaya, sedangkan Wai Tong sendiri tembakannya tidak jitu. Cuma Shiu Wing yang bekerja keras, tetapi tanpa bantuan. Lini tengah mereka sering tinggalkan tempat. Bek dan kiper - yang diisi Shui Hon, Tin Sang dan Kwan Kon - paling diandalkan untuk membendung serangan musuh yang datangnya lumayan gencar.
Sebaliknya speelers PSSI main luar biasa rajin. Buat meladeni Nan Hwa, rupanya Soemaryo cs mengandalkan ausdauer, kegigihan. Boleh dibilang dalam antero lini mereka bekerja keras sekali. Saat menahan serangan lawan, Maladi sering melakukan tindakan bahaya dengan dengan menjatuhkan diri di depan sepatu musuh. Dua centervoor terkenal, Djawad dan Hoedoro main kurang memuaskan dan tak bisa berbuat.
Jika Nan Hwa terus main dengan cara itu tanpa diikuti serangan yang lihai dan tembakan jitu, susah bagi mereka meraih kemenangan terus, mengingat pertandingan kelihatannya akan berjalan ketat. Tembakan pertama datang dari King Cheung, yang selain kurang keras juga melebar.
Di seberang, Moestaram yang terlalu dilepas oleh Hing Choi bisa leluasa berdansa. Untungnya voorzet-voorzet Moestaram sering kandas di kepala Tin Sang. Keuletan bek Nan Hwa ini dibanding-bandingkan penonton dengan duet bek PSSI,Ahoed dan Soemaryo alias Si King Kong.
Gol Moestaram
Nan Hwa terus menyerang, tetapi mereka tak beruntung menembus perjagaan PSSI yang kelewat rapat dan rajin. Wai Tong sempat mengumpan dengan manis yang sayangnya bisa di sapu Maladi. Nan Hwa harusnya menembak dari jauh mengingat silaunya matahari di muka Maladi, yang bisa bikin menyerah. Sayang sekali mereka masih suka melakukan shortpassing, meski sudah dekat dari doel (gawang).
Perlahan-lahan PSSI bisa balas merangsek. Kita catat saat berbahaya adalah saat Moestaram beri voorzet pulen. Bola jatuh di kaki Soetris, yang tidak bisa kontrol bola dengan sempurna maka mental ke samping. Hilang dari bingungnya speelers PSSI main lebih berapi dan necis. Jazid dan Moestaram merupakan dua wings berbahaya, tetapi headwork Tin Sang mampu mencegah Djawad cs cetak gol.
Wai Tong tidak segesit pertandingan sebelumnya. Tembakannya juga tidak jitu, padahal ketika melewati half-linie ia tinggal menembak ke gawang, sayang sedikit telat sehingga Maryo keburu menyerobotnya dan bola mental tidak karuan. PSSI mulai terdesak lagi sampai akhirnya Nan Hwa bisa juga membuka skor.
Bermula dari umpan Wai Tong kepada Shiu Wing, yang sesudahnya melewati Maryo, dan tembakan geledeknya bikin suporter Nan Hwa bersorak. Stand 0-1. Setelah itu beberapa kali mereka mendapat peluang untuk cetak gol kedua.
Shiu Wing dari dekat kirim bola ke samping dan diterima King Cheung. Sebelum ditendang, tiba-tiba Maladi menjatuhkan diri di depan ujung sepatu King Cheung sembari meraup bola lalu mengusirnya pergi. Keberanian dan ketabahan Maladi seharusnya dipuji.
Peluang Wai Tong lagi-lagi digagalkan Maladi, sampai centervoor Nan Hwa itu terjatuh di hadapan kiper berjulukan Si Raja Bola. Ia punya cara jitu dan tepat waktu untuk mencegah gawangnya kebobolan lebih banyak. Sampai mengaso skor tetap 1-0 buat Nan Hwa.
Pada babak kedua, Shiu Yick dan Yin Chen keluar. Kwai Sing main kanan luar, Wing Chiu half kanan sementara itu Tak Poa sebagai centerhalf. Demikian pula di kubu PSSI. Sardjan keluar, Handiman masuk yang membuat permainan menjadi berimbang. Di satu sisi, para pemain PSSI sering mengutak-atik bola tanpa perlu di depan gawang sendiri.
Sayangnya para penyerang PSSI tak memanfaatkan silaunya Tin Sang dari sorotnya matahari yang masih mencorong lumayan kerasnya. Selepas menit ke-55, Moestaram - yang selalu tak dijaga - bisa terlepas dan dengan mendadak menyorong sendirian ke arah gawang.
Dari arah berlawanan, kiper Kwan Kon maju mencoba menutup celah. Namun dengan cerdik, Moestaram melob bola ke gawang kosong. Gol, 1-1! Gol ini disambut riuh oleh ribuan penonton. Yang luar biasa adalah, kelak gol ini tercatat sebagai gol pertama tim nasional Indonesia sepanjang sejarah!
Melihat suasana gemuruh stadion, sontak berdampak kepada situasi pertandingan. Kini PSSI ganti mengambil alih permainan di kala gigi para pemain Nan Hwa mulai gemeretukan. Saking semangatnya, kerapkali PSSI nyaris kecolongan lewat serangan balik.
Paling berbahaya adalah ketika King Cheung meliuk-liuk melewati dua pemain dan tinggal berhadapan dengan Maladi. Meski posisinya bebas, namun karena masih terhuyung-huyung, dia memaksa menembak yang hasilnya melenceng. Kalau ia jeli, seharusnya bola diberikan pada Shiu Wing yang berdiri bebas dan bisa dipastikan Nan Hwa akan unggul.
Taktik Baru
Serangan PSSI juga berbahaya, terutama melalui Jazid dan Moestaram, dua striker PSSI yang dianggap sebagai man of the match saat itu. Berkat penetrasi Moestaram pula, PSSI akhirnya mencetak gol kedua di menit 75. Ia mendapatkan bola bebas yang langsung dilambungkan ke depan gawang Kwan Kon, terjadi scrimmage. Baku rebut bola antar pemain itu berujung pada disahkannya gol kedua oleh wasit Wille.
Terjadi kontroversi, dan ini sempat diprotes pemain Nan Hwa, namun anggapan hakim garis berpikiran lain. Dia tetap memutuskan bola telah melewati garis yang berarti gol! Skor 2-1 untuk PSSI. Tidak diketahui siapa yang mencetak gol. Di sisa 15 menit, para penonton mulai tegang karena terlalu berharap skor tidak berubah lagi. Mereka mulai sering berteriak-teriak untuk menyemangati pemain PSSI. Begitu pula pendukung Nan Hwa. Selang lima menit ke depan, suasana permainan berjalan ketat dan menegangkan.
Untuk mengamankan skor, PSSI mendadak bikin taktik baru dengan meniru cara main Nan Hwa, yakni lewat umpan-umpan pendek. Lini tengah Nan Hwa mulai kedodoran dan lebih mengerahkan tenaganya untuk melakukan umpan-umpan panjang ke jantung pertahanan PSSI.
Tiga peluang emas yang didapat Kwai Sing, Shek Yau dan King Cheung luput jadi gol. Wai Tong sempat melesatkan cannon ball-nya dari jarak jauh dengan mendadak tapi meleset. Sedangkan tendangan Shiu Wing terlalu pelan sehingga mudah ditangkap Maladi.
Meski staminanya mulai merosot, umpan-umpan Wai Tong dan Shiu Wing - playmaker dan kreator serangan Nan Hwa - tetap membahayakan pertahanan PSSI. Memasuki menit ke-80, yang ditakuti sungguh terjadi. Pertahanan PSSI tampak kalut setelah tik-tak Wai Tong dan Shiu Wing mengkocar-kacirkan Maryo cs.
Bola diumpan ke King Cheung, sayap kanan Nan Hwa yang cepat menusuk. Bek Ahoed dan Maladi berbarengan mengejar. Dengan cerdik, King Cheung melewati keduanya dan menghadapi gawang kosong! Dengan sekali sentuh, ia bikin gol yang melegakan nafas pendukung Nan Hwa. 2-2.
Para publik Tionghoa masih berharap Nan Hwa mencetak gol lagi. Serangan mereka masih gencar. Namun pertahanan PSSI yang digalang oleh Maryo juga makin waspada. Ia bahkan mulai maju lebih ke depan untuk membantu lini tengah sekaligus mengunci serangan Nan Hwa.
Harapan PSSI untuk menambah gol juga ada, Terutama dari aksi-aksi sporadis yang dilakukan Djawad. Namun hal itu mudah dipatahkan oleh bek Tin Sang dan kiper Kwan Kon. Akhirnya kedudukan tak berubah hingga peluit akhir. Inilah akhirnya Nan Hwa bisa diimbangi di Jawa.
Sesudah pertandingan dilakukan undian bagi penonton untuk mendaptkan jam beker, yang beruntung didapat oleh kapten tim PSSI. Setelah sejenak berpidato, saling memuji dan menghormati, para pengurus PSSI, seperti biasanya menutup upacara sambil menyerahkan hadiah.
"Haroes ditambahkan bahoea penonton jang dateng ada di loear doegaan banjaknja, sampe lapangan kakoerangan tempat dan publiek saling mendesak dengan tida karoean. Teroetama supporters P.S.S.I dari Solo jang dateng ada besar sekali djoemlahnja dan lapangan pada djam 3 lohor soedah ampir padet. Satoe record penonton jang loear biasa boeat di sini," begitu tulis Sin Tit Po di akhir reportasenya.

Tidak ada komentar: